Thursday, October 9, 2014

#PondsDanKamu: 12 Years and Counting



.... and great skin!


Tinggi tubuh minimalis. Area pinggang ke bawah pun semakin melebar. Ukuran dada juga secukupnya. Kalau standar cantik yang digunakan adalah standar Putri Indonesia dan Miss Universe, ya, udah pasti saya enggak akan pernah masuk ke kategori cantik. Tapi, Tuhan memang Maha Adil. Di saat peserta kontes kecantikan itu sibuk menggambar alis dengan pensil, saya sudah terlahir dengan alis yang tebal dan terbentuk cantik alami. Mereka sibuk bolak-balik dokter kulit untuk perawatan dan mengusir jerawat? Alhamdulillaah, kulit muka ini selalu ada di kondisi normal. Bebas jerawat, kulit lembab alami, tidak berminyak, dan cocok pakai kosmetik apa aja! So, if you're currently pregnant, selain berdoa minta anak sholeh/solehah dan sehat, berdoalah untuk alis yang bagus dan kulit yang flawless minim perawatan! :D

Dari jaman ABG dulu sampai tahun ini berusia ke-26, pujian tentang ketebalan alis dan kulit yang sehat bebas jerawat memang sering mampir, nih. Kalau alis, ya, memang udah karunia Tuhan. Tapi kalau muji kulit, biasanya sambil pada nanya, "Lo ke dokter mana, sih, Sit?" 


Foto ini diambil tahun 2008 atau 2009. 
Ternyata, ada juga fasenya saya ke kampus dengan baju, handphone case, dan eyeliner berwarna senada :))


Padahal, untuk punya kulit cantik itu enggak perlu ke dokter, lho.. Udah 12 tahun terakhir ini, saya jadi sahabat setianya berbagai produk POND'S White Beauty. Mulai dari Day Cream, Night Cream, Facial Foam, sampai produk BB+ Creamnya yang terbaru. Enggak heran, begitu terima undangan Bloggers Gathering dari POND'S beberapa waktu yang lalu, saya senang banget! It felt like receiving an invitation from your own best friend where you instantly said yes to the host. 


Kudos to POND'S BB+ Cream! 
Udah dipakai workout 1.5 jam di gym, muka tetap fresh dan flawless, kan.. :-)


Dengan mengambil tema "25 Tahun Kisah POND'S dan Kamu", acara ini diadakan di Hotel Mulia Senayan dan dihadiri oleh bloggers kece dan terkenal lainnya. Apalah arti seonggok blog yang sering berdebu ini.. *menatap milik sendiri*. 

Selain dijamu dengan makanan-makanan Indonesia enak ala Hotel Mulia, POND'S juga banyak berbagi cerita tentang perempuan Indonesia yang setia memakainya sama seperti saya. Yang paling seru dan ngangenin, ada banyak TV ads POND'S dari tahun 90-an yang ikut ditayangkan. It was truly a trip down memory lane. Jadi ingat kenangan-kenangan waktu SD dulu, jaman ABG di saat SMP dan SMA, sampai kuliah dan kerja begini, iklan POND'S selalu berkesan, deh! 

Saya sendiri, beruntung duduk semeja sama beberapa teman akrab dan baru. Ada Kak Amal alias Deszell, Hot Mama Arienda, Ochel si banci nail polishes, dan adik kecil Marsha yang baru dikenal di sana. Begitu acara dimulai, Mbak Amy Zein yang jadi MC langsung meminta kami membentuk kelompok dengan teman semeja. Loh, loh, loh, buat apaaaa?


Ternyata, ada gamesnya! Sebagai anak kompetitif, bersyukuuurrr banget punya teman sekelompok yang sama aja kelakuannya! :D Waktu challenge pertama diberikan, semua langsung sibuk dan enggak mau kalah. Masing-masing kelompok diminta untuk membuat scrap board yang menceritakan tentang POND'S. Kelompok kami memilih tema "Aku dan Mama" yang terinspirasi dari cerita Arienda mulai menggunakan POND'S sejak SMA karena nasehat ibunya. 


Di challenge kedua, ada trivia quiz seputar TV ads POND'S dari jaman dulu. Ada untungnya juga karena anggota kelompoknya lintas generasi (Ochel dan Marsha bocah ABG, Syita ABG tua, dan dua emak-emak Amal dan Arienda), semua pertanyaan di kuis berhasil dijawab mudah!

Nah, mungkin karena ceritanya scrap boardnya membuat para juri terharu.. 

Atau karena scrap boardnya kece 
(maklum, ijk bekas wakil ketua ekskul Mading jaman SMA dulu :D).. 

Atau karena para juri enggak betah sama keceriwisan kami selama games..

Kelompok "25" pun berhasil jadi pemenang! 


Hello, shopping vouchers! ;)


Bukan cuma shopping vouchers yang berhasil dimenangkan, setiap partisipan juga dapat kalung cantik dari Elizabeth Wahyu dan goody bag berisi supply produk POND'S untuk beberapa bulan ke depan.. Tentyuuu yang terakhir yang paling akyu senang :)))

Thank you POND'S White Beauty! Thank you for having me and giving those generous gifts, and most importantly, thank you for being such a great best friends during these glorious year. Masa sih kita udah bersahabat selama ini? 12 years and counting, lho. Kamu bahkan lebih setia dari pacar-pacarku.. Hihihi.

Wednesday, May 21, 2014

Cewek Juga Bisa Bisnis!


Akhirnya, impian jadi gadis sampul tercapai sudah. Gagal di Majalah Gadis, di Majalah Studentpreneur pun tak apa :))

Beberapa bulan yang lalu, saya diwawancarai oleh owner majalah ini untuk liputan edisi khususnya tentang para pebisnis wanita. Beberapa pertanyaan yang keluar cukup mendetail, mungkin karena si pewawancara juga seorang pengusaha, jadi beliau juga penasaran dengan 'dapurnya' Amaya Wedding

Walaupun medianya tidak sepopuler nama-nama besar lainnya, tapi isinya cukup berkualitas kok. Dengan harga yang sangat terjangkau dan bisa di-download ke smartphone, majalah ini harusnya bisa menambah inspirasi anak-anak muda, khususnya mahasiswa, untuk berani buka usaha. Kesuksesan tidak hanya diraih dari mereka yang bekerja di multinational companies, lho.. :D
















A Huge Step and A Farewell



2014 jadi tahun yang penuh surprises. Di bulan Januari, baru saja saya memamerkan dengan bangga sudah 3 tahun menjadi bagian dari keluarga Female Daily Network (plus 6 bulan menjadi intern sebelum diangkat menjadi karyawan full time). Sebagai bagian dari apresiasi perusahaan, saya mendapatkan hadiah logam mulia, lho ;). Berselang hanya satu bulan setelahnya, saya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan #theFDNlife karena beberapa pertimbangan dan ambisi pribadi.

Ini bukan keputusan nekat, tapi terdesak. Kalau tidak terdesak, ya, tidak akan berani dan selamanya akan mediocre. Amaya Wedding tidak akan optimal, pekerjaan di FDN pun hanya jadi rutinitas.

Sedih? Banget. FDHQ was more than just an office, it's a home. The directors are my role models, my mentors, and most importantly : they're more like my sisters. Kakak-kakak, thank you for the support, guidance, and encouragement you have provided me during my time at FDN. 

Peluk cium,

Syita.

Thursday, February 6, 2014

Shall We Go?


Penawaran macam ini, nih, yang bikin mecut pantat untuk kerja lebih kenceng :D

Ke London? Mau.
4 hari berturut-turut nonton musical? Mau banget!
USD 1800 sudah termasuk dengan flights, 5D/4N accommodation, dan 4 must-see musicals? That's a steal!

#KartuPosTrip ini emang racun. Coba intip daftarnya. Mulai dari Autumn in New York, Aurora Borealis in Iceland, Before Sunrise/Sunset in Vienna & Paris, Michael Buble in Melbourne, John Mayer in Sydney, Britney Spears in Vegas, sampai Justin Timberlake in Paris, hampir semuanya menyediakan paket flights, accommodations, dan tiket nontonnya di bawah USD 2.000!

Nonton John Mayer aja cuma perlu Rp 7.000.000. Cuma perlu tahan-tahanin pantat aja selama duduk di budget airline. Hehe.

Unfortunately, karena di 2014 ini saya akan ada 'penyesuaian' dengan rencana hidup baru dan udah terlanjur membuat daftar panjang kondangan ke Medan dan Kudus di bulan Mei, Gili Trawangan untuk merayakan ulang tahun, Makassar untuk ngintilin teman-teman di Sydney kemarin, dan umrah di Tanah Suci dengan keluarga besar di akhir tahun, rencana menyelipkan London dan West End Musical Trip ini kayanya jadi keputusan yang nekat.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Tapi sekadar emailin @KartuPos untuk minta inquiry kan enggak dosa ya? ;) 

Saturday, February 1, 2014

Melbourne: Where To Stay

Sesuai Pre Departure Story, hotel tempat kami menginap selama 5D/4N sepenuhnya menjadi pilihan Husein. Awalnya sih, dia mau kami tinggal di Mercure Welcome Melbourne. Tapi karena telat booking, rate di Agoda udah keburu naik. Akhirnya dia booking di ibis Styles Melbourne, The Victoria Hotel. Selama masih Accor Group, menurut saya pasti layak tinggal lah.

Location-wise, hotel ini strategis banget. It's located right in the heart of CBD.
Saya ini tipe traveler yang memilih hotel berdasarkan keberadaan makanan. Semakin banyak pilihan restoran yang within walking distance, semakin baik! :D Nah, hotel ini salah satunya. Begitu keluar Little Collins St, langsung ketemu Swanston St. Semua jenis fast food ada di situ. Ke Gyu Tan Don pujaan hati juga deket banget! Supermarket, brunch places, dan bars lucu juga banyak. Selama tinggal di sini, jarang banget deh kami naik public transport (kecuali emang tempatnya jauh banget) karena lokasinya yang di tengah-tengah. Mau belanja? Main shopping areas di Bourke St dan Collins St  itu surganya..

Mau naik tram? Bisa langsung dari Swanston St.
Train? Tinggal jalan kaki santai kurang dari lima menit udah sampai ke Flinders Station.
Ke Myer, South Bank, China Town, Queen Victoria Market, semua within walking distance.

Service-wise, enggak terlalu merasakan sih. Cuma ketemu petugasnya pada saat check in dan check out. Selama kamar bersih dan enggak ada barang hilang, masuk kategori aman lah.

Facilities-wise, hotel ini sebenernya udah tua, dari late 1800s. Sayangnya, saya baru tau fakta ini setelah hotel kami lunasi :D. Jadi yaaa.....baca-baca bismillaah dan assalamu alaikum aja setiap masuk kamar. Ada kolam renang, gym, in house restaurant, bar, dll yang enggak pernah kami gunakan.

Setelah nulis ini, baru sadar kenapa saya lupa foto interior kamar dan kamar mandinya ya? Gagal deh ambisi mau jadi top reviewer di TripAdvisor.. </3



Photo courtesy of TripAdvisor 


Photos of The Victoria Hotel, Melbourne

Photo courtesy of TripAdvisor 



How To Get There?
Sebelum berangkat, Husein udah memberikan kata-kata mutiara berikut.


Gampang kok! 

  • Begitu keluar Melbourne International Airport, langsung cari ticket booth dengan logo Skybus berwarna merah. Kalo memang berniat balik, mendingan beli yang PP daripada single trip. Yang penting, simpen baik-baik tiketnya ya.
  • Karena waktu itu musim liburan dan musim wisuda, antrian Skybus lumayan panjang. Berhubung kita sampai sekitar jam 10 pagi GMT +11, ya mendingan makan dulu baru antri lagi.
  • Semua armada Skybus akan mengantar penumpang dari-ke airport dan Southern Cross Station.


  • Dari Southern Cross Station, tanya atau konfirmasi ke penjaga booth di situ, mini bus mana yang akan melewati hotel kita, atau at least melewati rutenya. Iya, tidak semua hotel dilalui oleh mini bus ini. Untuk chain hotels besar rasanya sih pasti dilewati. Tapi untuk backpacker hotels, mungkin perlu turun di hotel yang terdekat dengan areanya.
 SkyBus booth di Southern Cross Station

Mini SkyBus di Southern Cross Station

  • Pada saat pulang nanti, bisa minta tolong resepsionis / concierge hotel untuk bantu menghubungi Skybus dan meminta dijemput di hotel. Ya jangan dipikir ini antar-jemput anak sekolah yang rutin setiap hari mampir ke rumah yaaa.. Kalau enggak dipesan, ya enggak akan jemput.

Sampai sekarang masih sebel kenapa enggak ada dokumentasi kamarnya, malah yang ada dokumentasi dua anak centil ini..


 

Friday, January 31, 2014

Pre Departure Story: 5W+1H

What?
A Gemini Girls' Trip!

When?
From 16 December to 29 December 2013 (Ninda) to 1 January 2014 (Syita)

Where?
Melbourne and Sydney

Who?
Syita: Gemini (10 June 1988), safe player, well planned, well prepared
Ninda: Gemini (9 June 1988), risk taker, spontaneous, underprepared
We have been friends since elementary school.

Selain pemeran utama di atas, ada juga beberapa pemeran pendukung sebagai berikut:
  • Husein, sahabat kami sejak SD, yang kuliah di Melbourne. Dia menjadi alasan utama kenapa kami bisa punya ide untuk liburan ini.
  • Abin, mantannya Husein, yang juga kuliah di Melbourne. Dulu sih mereka pacaran manis banget. Tapi setelah putus, hubungannya kurang baik dan jadi musuhan :D. Kami sebagai mbak-mbak turis yang baik, harus pintar-pintar membagi waktu antara mereka berdua supaya enggak berantem.
  • John dan kawan-kawan, teman-teman Ninda yang merantau di Sydney. 
  • Cynthia dan Grace, teman-teman saya yang juga sekarang tinggal di Sydney. Keduanya jadi dewi penyelamat saya dari kemungkinan tidur tak beratap tak beralas, alias hampir jadi gembel di Sydney. Hahaha.

Why?
Di awal rencana, sebenarnya saya dan Giska hanya mau jalan-jalan ke Melbourne untuk wisuda Husein di akhir 2013. Tapi karena Ninda kepengen tagged along dan ada keperluan ke Sydney, jadilah kita rencana untuk mampir ke Sydney juga. Enggak masalah sih, karena saya dan Giska juga belum pernah. Lagian, the more the merrier kan?

How?
Masuk ke November 2013, Giska membatalkan rencananya untuk ikut karena enggak dapat izin cuti dari kantor. Jadi, yang akan pergi hanya saya dan Ninda. Eeerr.. Gimana? Cuma saya dan Ninda? Untuk yang mengenal kami berdua, ini dianggap sebagai keputusan nekat. Saya dan Ninda bersahabat baik dari SD, tapi kalau lagi beramai-ramai. Kalau cuma berdua doang mah pasti berantem. Di tengah geng aja sering ngotot-ngototan. Gimana mau pergi berdua ke negeri orang? Tapi kami berdua sama-sama mengabaikan fakta ini. Ya udah lah, pergi aja yuk. Siapa tau kalo nanti cuma berdua, malah ikrib dan super damai. Makanya, kami mantap apply visa dan planning ini-itu berduaan.

Untuk proses visa application ini saya lumayan deg-degan. 2011 yang lalu saya sempat apply visa untuk destinasi yang sama.........dan ditolak. Alasan di surat penolakannya sih insufficient fund. Padahal dana yang saya siapkan sama dengan dana turis-turis lainnya. Apa karena saya solo traveling? Atau karena nama saya yang Islam banget? Cuma Tuhan sama pegawai embassy deh yang tau. Sebaliknya, Ninda justru baru kembali dari Sydney beberapa bulan sebelumnya. Jadi masalah visa, dia enggak terlalu khawatir deh.

Karena pengalaman gagal tersebut, saya jadi lebih ceriwis dan well prepared dalam proses visa application kali ini. Tentunya dengan menambahkan white lies seperti:
  • Karena perjalanan ini tidak disponsori oleh siapapun (pribadi dan perusahaan), kami berdua sama-sama pinjam uang orangtua untuk mengisi rekening tabungan kami. Begitu laporan transaksi bank untuk 3 bulan terakhir keluar, langsung kembaliin lagi ke papa mama. Semua juga begitu, kan? Kan?
  • Bukti booking hotel dan tiket pesawat yang tidak pernah di-issued. Sama seperti poin nomor 1, yang ini juga umum dilakukan sama semua orang sih. Tiket pesawat dari Panorama Tours dan hotel dari Booking. Dibanding dengan Agoda dan website sejenis lainnya, Booking punya banyak pilihan hotel yang no cancellation fee. Jadi begitu bukti reservasi hotel diprint, bisa langsung dicancel tanpa khawatir kena charge apapun.
  • Ninda mengarang sendiri surat referensi dari perusahaan tempatnya bekerja. Dengan letterhead yang dia miliki, dia tulis sendiri surat itu dan minta tanda tangan dari ayahnya. Alasannya sih karena malas meminta cuti dan berurusan dengan HRD sebelum visa benar-benar di tangan.
  • Saya juga mengarang sendiri surat referensi dari perusahaan tempat saya bekerja. Nilai gaji saya gabungkan antara gaji dari FDN dan gaji dari Amaya Wedding. Tapi, surat ini tetap ditandangani oleh HRD saya dong..

Catatan:
Untuk proses visa application ke Australia, laporan keuangan 3 bulan terakhir yang dilegalisir pihak bank itu sudah cukup. Tapi untuk visa ke negara lain, banyak juga yang mewajibkan surat pengantar bank, dengan biaya pembuatan sekitar Rp 100.000 selama 10 hari kerja.

Total pembuatan visa memakan waktu sekitar 8 hari kerja. Harusnya sih lebih cepat, tapi waktu itu kami kena imbas didemonya Australian Embassy karena kasus penyadapan presiden.


Foto yang dikirim Ninda sesaat setelah visa kami diapprove. 
Jadiiii? Jadi liburan kitaaaaa!

Getting There
Untuk perjalanan pergi dan pulang dalam trip ini, kami memercayakan sepenuhnya ke Qantas. Kenapa? Karena Qantas satu-satunya airline yang menawarkan perjalanan CGK-MEL dengan stopover di SYD tanpa biaya tambahan. Kalau naik airline lain yang direct ke MEL bisa aja, tapi kan harus nambah biaya lagi untuk flight MEL-SYD. Kalau mau stopover di SYD, kami hanya kena biaya airport tax senilai USD 50. Lumayan kan selisihnya buat jajan di sana.

Jadi rutenya waktu itu adalah:
Senin, 16 Desember 2013 - Pukul 19.45: CGK-SYD
Selasa, 17 Desember 2013 - Pukul 08.45: SYD-MEL
Minggu, 22 Desember 2013 - Pukul 07.00: MEL-SYD
Jumat, 27 Desember 2013 - Pukul 14.25: SYD-CGK

Pembelian tiket kami lakukan melalui Panorama Tours. Udah banding-bandingin harga ke 6 travel agents, tetep Panorama yang termurah. Selisihnya sekitar USD 50-100. Selain Panorama, Bayu Buana juga punya harga yang bersaing dengan service yang bagus.


Accommodation
Untuk hotel di Melbourne, kami menginap di The Victoria Hotel atas reservasi dan traktiran Husein. Karena dibayarin, saya enggak terlalu cerewet dan rempong bacain review di TripAdvisor. Percaya aja sih, kalo Husein enggak akan bikin kami susah. LOL. Reservasi dan pembayaran hotel ini dilakukan melalui Agoda.

Untuk hotel di Sydney, saya serahkan ke Ninda supaya bagi-bagi tugas dan lagi dia yang lebih tau areanya. Tapi si mbak satu ini kan orangnya spontan banget. Jadi kami baru memesan hotel untuk di Sydney di hari ketiga kami di Melbourne. Saya rewel banget. Karena saya tipe yang sebelum berangkat ke luar negeri/kota, saya harus tau pasti di sana akan menginap di mana. Enggak ada tuh yang namanya baru cari-cari di sana. Alhamdulilaah masih dapat hotel layak tinggal dan strategis di The Menzies Sydney.

Reservasi dan pembayaran hotel ini untuk pertama kalinya kami lakukan melalui Wotif. Surprisingly, untuk hotel di area Australia, Wotif ini punya banyak banget deals dengan harga termurah. Apalagi kalo kita menginap lebih dari 2 hari, harga yang ditawarkan lebih bersaing lagi.


Sudah siap berangkat? :-)

 Soekarno-Hatta Airport - 16 December 2013












The Title Says It All

Beberapa waktu yang lalu, Prasetiya Mulya Business School menampilkan profil saya sebagai founder Amaya Wedding di Majalah GoGirl dengan judul "Behind The Bash". Walaupun ini hanya advertorial singkat dan nebeng brand Prasetiya Mulya, tapi saya suka banget dengan isinya. Si penulis berhasil menyimpulkan ocehan ngalor-ngidul kami ke dalam wawancara padat dengan batas 1 halaman!


To cut the story short, artikel ini berusaha menceritakan dan memberi inspirasi ke ani-ani koci pembaca GoGirl, tentang apa dan bagaimana usaha wedding organizer itu, plus yang terpenting, apa sih manfaat yang didapatkan dari belajar di Prasetiya Mulya dengan pengembangan bisnis ini? (Pesan sponsor :D)

Pemilihan titlenya pun pas! Seandainya ini diterbitkan di Majalah Kartini, mungkin judulnya akan berubah menjadi "Setahun Mengerjakan 15 Weddings, Inilah Kisah Pilu Sang Wedding Planner yang Tak Punya Kehidupan". Hihihi.

Iya, mengerjakan 33 weddings dalam 3 tahun terakhir ini memang banyak mengorbankan waktu dan kualitas hidup saya sebagai manusia. Maklum, namanya juga start up company. Selain harus jungkir balik sendirian, saya pun masih berstatus sebagai Business Development Associate di Female Daily Network. Seperti yang pernah saya tuliskan di artikel Womenpreneur: Menghadapi Tantangan dalam Usaha, the joy of juggling a small business in addition to your full-time job.................is there any?

Banyak kok masa-masanya saya ketinggalan cerita keluarga, menatap iri ke foto teman-teman waktu kumpul yang diupload ke socmed, bangun tidur dengan rasa zombie, atau bahkan sampai dirawat di rumah sakit karena kecapean. No family time, no social life. Love life? Yaaa.. Beberapa kali ada beberapa orang yang mengeluhkan hal yang sama, apalagi kalau bukan waktu kerja saya di saat weekend. Hehe. Me-time gimana? Ini lebih gampang karena bisa curi-curi waktu di sela-sela meeting.

Tapi itu dulu.

Di saat orang berlomba-lomba bikin daftar panjang resolusi 2014, keinginan saya cuma satu. Work-life balance, supaya saya punya kehidupan.

Eh, dua deh. sama ketemu jodoh.

Pengen juga sih nambah jadi tiga, to travel more. Empat, untuk rajin nulis blog. Lima, eeerrr...
Tapi dua keinginan pertama itu aja udah terdengar cukup ambisius kok di tengah kesibukan saya membangun Amaya Group. :D


When BuBos Amaya Wedding was on duty

Selamat mengintip!